Alien vs demit

Salah satu highly anticipated anime di tahun kemarin adalah Dandadan. Anime ini sudah selesai dalam 12 episode di tahun kemarin dengan ending yang sangat cliffhanger (itu Ayase mau diapain hey di onsen bareng 5 om-om alien).

Season keduanya sih kabarnya bakal rilis di Juli tahun ini. Thus, tidak ada waktu yang lebih tepat buat menulis tentang anime ini selain di hari kedua 2025. Sembari menunggu keluar dari RS juga, sih.

Dandadan konon katanya adalah karya revolusioner yang berhasil membawa angin segar ke dunia pop culture Jepang. Tapi benarkah sebagus itu?

Jalan cerita

Dandadan mengisahkan pertemuan tak terduga antara dua karakter utama yang sangat kontras: Ayase Momo yang tomboy dan lumayan menjadi pusat perhatian dan Ken Takakura si introvert dan tidak punya teman. Klise, tapi yang membuat mereka unik adalah Ayase percaya hantu (tapi tidak dengan alien) sementara Takakura percaya alien (tapi tidak dengan hantu). Jadi makin menarik saat keduanya malah justru harus menghadapi kedua makhluk tersebut secara bersamaan!

Karakter

Karakter utama di sini ada dua, ya sudah pasti adalah Momo dan Takakura.

Momo ini cucu dari dukun terkenal, Ayase Seiko. Dia ini digambarkan sebagai berandal sekolah tapi cakep. Momo ini somehow punya kekuatan supranatural yang bisa bikin dia melihat aura dan mengendalikan “cakra”.

Sementara itu, Takakura ini bocah nerd nan introvert yang pada akhirnya punya kekuatan “speed force” dari Nenek Turbo (hantu penjaga terowongan gitu). Kok bisa Okarun yang mendapat kekuatan ini? Karena bijinya diambil. Serandom itu memang. Fyi. Kekuatan lari cepat ini membuat dia dipanggil Okarun sama Momo.

Lalu ada Shiratori Aira. Dia ini teman satu sekolah Momo dan Okarun. Dia ini tipikal siswi populer dan punya kecenderungan ingin menjadi pusat perhatian. Di episode 7-8 yang absolute cinema itu, Aira nantinya akan mendapat kekuatan supranatural juga (mirip kayak Okarun).

Terakhir ada Jiji, si childhood friend-nya Momo. Dia ini digambarkan jadi siswa ikemen nan atletis tapi otaknya agak geser sedikit. Dia pindah ke rumah Momo karena rumahnya entah kenapa jadi kayak angker gitu. Fyi, konon katanya di Season 2 nanti Jiji juga akan mendapat kekuatan supranatural juga.

The good

Secara plot, Dandadan ini anime yang sederhana dan straightforward. Cara Dandadan menyajikan cerita itu tanpa berbelit-belit, langsung ke tujuan. Isi sebenarnya cuma sekumpulan anak muda yang menjaga bumi dengan kekuatan super mereka masing-masing. Istimewanya adalah eksekusinya over-the-top.

Dalam tiga episode pertama, kita sudah mendapatkan gambaran jelas tentang dunia dan karakter utamanya tanpa perlu exposition yang bertele-tele. Anime ini tidak mencoba untuk terlalu serius dengan premisnya, justru menghadirkan kesegaran dengan balutan humor yang mengena.

Kualitas animasinya memanjakan mata, dengan penggunaan warna dan pencahayaan yang cerdas untuk membedakan unsur supernatural dan alien. Setiap scene digarap dengan detail, bahkan dalam adegan-adegan sederhana seperti percakapan antar karakter.

Chemistry antara Ayase dan Okarun menjadi tulang punggung cerita yang solid. Meskipun mereka sering berantem (tapi gemas), interaksi mereka terasa natural dan menghibur. Dinamika hubungan mereka berkembang secara organik seiring dengan petualangan menghadapi berbagai entitas supernatural dan alien jahat. Detail-detail kecil seperti obsesi berlebih Ayase terhadap aktor Ken Takakura dan kerinduan Okarun untuk punya sahabat memberikan dimensi yang lebih dalam pada karakter mereka.

World building-nya juga menarik. Di universe Dandadan, Alien diceritakan ingin menguasai bumi tapi engga bisa karena ada demit yang berkuasa. Fresh, kan cara kerja dunianya.

The bad

Harus diakui kalau Dandadan hadir di era dimana attention span yang relatif pendek. Ini membuat eksposisi alur ceritanya berjalan cepat.

Strukturnya bisa digambarkan seperti ini: Intro > aksi > lebih banyak aksi > fan service > aksi lagi > fan service > aksi > lebih banyak aksi > selesai. Beberapa teman bahkan jadi tidak menyukai Dandadan karena momen fan service-nya terasa berlebihan dan kadang tidak pada tempatnya. Selain itu, character development-nya terasa tipis walaupun dari awal memang di-design menjadi unik.

Plot berkembang terlalu cepat, membuat penonton sulit untuk membangun koneksi emosional dengan karakter-karakternya. Banyak informasi yang dijejalkan melalui percakapan terkesan dipaksakan, dan jujur saja, lumayan banyak joke yang ada di situ tidak lucu dan malah cenderung cringe.

Dari segi romance, Momo-Okarun dan Aira-Okarun terlalu cepat akrab. Motif Momo yang tertarik pada Ken bahkan hanya karena namanya Ken Takakura (bukan kepribadiannya). It feels too shallow aja gitu.

Berbicara soal animasi, Dandadan memang punya momen-momen yang bagus, terutama dalam scene yang tidak banyak gerakan. Art-nya colorful dan menarik mata. Namun, saya notice kalau kualitas animasinya kadang tidak konsisten. Meskipun inkonsistensi di scene action bisa dibilang disengaja untuk memberikan kesan quirky, ada beberapa scene biasa yang animasinya terasa kurang maksimal.

Kesimpulan

Sebagai sebuah tontonan, Dandadan berhasil menghadirkan sesuatu yang segar dan menghibur. Animasi yang memukau, karakter yang lovable, dan cerita yang gegas dan mengalir natural, membuat anime ini membuat saya tidak merasa rugi menunggu penayangannya setiap Kamis.

Dandadan memang cocok untuk penggemar anime yang mengutamakan visual. Namun bagi penikmat anime yang mencari storytelling yang bagus, anime ini mungkin akan mengecewakan.

Kecuali untuk episode 7 yang secara visual and storytelling adalah definisi sebenar-benarnya absolute cinema.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *