Happy new year 2025!
Apa resolusi kalian di tahun baru ini? Kalau saya sendiri sih salah satunya adalah rutin menulis di blog ini dengan ekspektasi 1 post 1 hari.
Di hari pertama di tahun baru ini, saya rasa tidak ada cara yang lebih cocok memulai tahun selain dengan ngomongin anime bagus yang menemani hari-hari saya begadang: Insomniacs After School atau Kimi wa Houkago Insomnia.
2024 saya diakhiri dengan dirawat di rumah sakit. So hari-hari saya dihabiskan dengan marathon nonton anime (dan film dan drama). Ada banyak yang saya tonton, dan salah satu yang saya kira menarik dibahas adalah ya anime ini.
Insomniacs After School somehow bisa bikin screen time TikTok saya tidak melonjak drastis (padahal kerjaan saya seminggua ini ya cuma rebahan). Walaupun ini tergolong anime jadul (rilisan tahun 2023), tapi saya rasa Insomniacs After School masih worth it banget buat ditonton.
Jalan cerita

Diadaptasi dari manga berjudul sama, MC kita adalah Ganta, anak sekolah biasa yang kena insomnia. Dia tidak bisa tidur malam dan akhirnya jadi mengantuk pas di kelas. Suatu hari, karena kantuk yang tidak tertahankan, dia mencari tempat buat tidur dan menemukan lokasi yang sempurna: observatorium sekolah.
Tempatnya memang cocok banget buat tidur siang, tapi ternyata ada orang lain yang sudah tidur duluan di sana. Namanya Isaki, temen sekelas yang belum pernah ngobrol sama dia sama sekali. Uniknya, pas mereka cerita-cerita soal insomnia masing-masing, ternyata banyak hal yang cocok di antara mereka.
Mereka mulai sering bareng, mengeksplorasi malam-malam tanpa tidur mereka, berbagi cerita sama membersihkan observatorium biar lebih nyaman. Dari sini, cerita berkembang ke bagaimana Ganta dan Misaki “memanfaatkan” insomnia mereka untuk memotret langit dan bintang-bintang di malam yang kelam.
So grounded yet so romantic.
Kesederhanaan cerita
Yup, Insomniacs After School memang sederhana banget dari segi cerita. Plotnya cuma berpusat pada kehidupan malam Ganta dan Isaki yang penuh dengan keheningan dan introspeksi.
Konflik dalam film ini sebagian besar bersifat internal, berfokus pada perjuangan pribadi Ganta dan Isaki dengan insomnia mereka dan bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.
Konfliknya sebatas “gimana kalo temen sekelas nanya-nanya kok tiba-tiba deket?” atau “waduh kalo ketauan guru gimana nih?”. Tapi justru ini yang bikin ceritanya berasa lebih dekat dan nyata. Buat anak sekolah yang lagi struggle, masalah-masalah seperti ini terasa sama beratnya menyelamatkan dunia.
Ketegangan cerita datang dari interaksi mereka dengan dunia luar dan bagaimana mereka harus menyembunyikan tempat persembunyian mereka dari guru dan teman-teman mereka. Ritme cerita yang lambat memungkinkan penonton untuk benar-benar merasakan isolasi dan keintiman dari dunia malam yang mereka ciptakan bersama.
Karakter

Karakternya cukup straightforward. Cuma ada Ganta, Isaki dan kawan-kawannya saja.
Ganta: Sebagai salah satu protagonis, Ganta digambarkan sebagai remaja yang pendiam dan introspektif. Insomnia yang ia alami membuatnya merasa terisolasi dari dunia di sekitarnya. Melalui interaksinya dengan Isaki, kita melihat perkembangan karakter Ganta yang mulai membuka diri dan menemukan tempat di mana ia merasa diterima.
Isaki: Isaki adalah karakter yang penuh semangat dan pemberani, meskipun dia juga menderita insomnia. Kepribadiannya yang ceria dan penuh rasa ingin tahu memberikan keseimbangan bagi karakter Ganta yang lebih serius. Isaki adalah sosok yang mengajarkan Ganta untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda, dan hubungan mereka menjadi pusat emosional dari film ini.
Karakter Pendukung: Karakter-karakter pendukung, termasuk guru dan teman-teman mereka, memberikan dinamika tambahan dalam cerita. Mereka sering kali mewakili dunia luar yang tidak memahami perjuangan insomnia yang dialami oleh Ganta dan Isaki, menambah lapisan konflik eksternal dalam plot.
Tema dan Pesan
Insomniacs After School mencoba mengeksplorasi gejolak masa muda seperti isolasi, persahabatan, dan pelarian. Insomnia yang dialami oleh Ganta dan Isaki bukan hanya masalah fisik, tetapi juga simbol dari perasaan terasing dan kesepian yang sering dirasakan oleh remaja. Film ini menggambarkan bagaimana mereka menemukan pelarian dan penghiburan dalam kebersamaan mereka, menciptakan dunia kecil di mana mereka bisa menjadi diri mereka sendiri tanpa penilaian dari orang lain.
Pesan utama dari film ini adalah tentang pentingnya memiliki seseorang yang mengerti dan menerima kita apa adanya. Dalam keheningan malam, Ganta dan Isaki menemukan kebebasan untuk menjadi diri mereka sendiri dan belajar bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka.
The good
Sebagai orang yang terpapar oleh anime yang mayoritas bergenre aksi, saya database anime romance saya bisa dihitung jari. Thus, I select that meticulously. Insomniacs After School ticks all the criteria.
Ini beneran deh ini menurut gue salah satu anime romance terbaik setidaknya selama 2024 kemarin.
Insomniacs After School memiliki cerita yang super wholesome dan bikin adem. Karakter-karakternya lovable, terutama tentu saja Ganta sama Isaki. Mereka berdua sama-sama kena insomnia dan jatuh cinta karena saling mengerti satu sama lain.
Kesederhanaan menjadi jadi kekuatan utama ceritanya. Tidak ada yang revolusioner di sini. Trope-nya malah justru biasa banget. Tapi anehnya tetep bisa bikin momen-momen yang dalem banget feelnya. Plotnya mengalir kalem tapi menghanyutkan penonton ke dalam dunianya.
Kebanyakan ceritanya tentang Ganta sama Isaki yang jalan-jalan, kadang berdua, kadang sama temen-temennya yang asik. Trip-trip mereka ini menyenangkan tapi tidak heboh. Dan karena ceritanya fokus banget ke karakter mereka berdua, jadinya trip-tripnya jadi makin berasa spesial. Tidak sama sekali terasa dipaksakan atau terasa terburu-buru. Setiap momen antara dua “night owls” digarap dengan detail dan menyentuh.
Karakter-karakternya ini juga dibuat menarik. Karakter pendukungnya dibuat punya kepribadian masing-masing, walaupun memang tidak terlalu unik dan mereka support banget sama dua tokoh utama. Dua karakter dewasa (Kurashaki sensei dan Shiromaru) juga penting banget buat plot. Shiromaru mengajari Ganta fotografi (khususnya astrofotografi) sementara Kurashiki sensei memulai segalanya lewat izin yang dia berikan ke klub Astronomi.
Dan sajian utamanya memang chemistry antara Ganta sama Isaki ini. Romansa mereka berdua tidak terasa dipaksakan, tapi justru mengalir pelan dan natural. Mereka literally ketemu gara-gara rentetan kebetulan-kebetulan kecil yang tidak terduga: ngantuk, saling cerita, tau kalo punya masalah yang sama, terus ya jadi dekat deh.
“Insomniacs After School” punya feel yang tenang dan damai. Ada sih momen-momen sedih tapi overall porsinya masih lebih sedikit daripada momen-momen bahagia dna wholesome di setiap episodenya.
Oiya, yang saya suka dari Insomniacs After School juga karena anime-anime ini mengapreasi hal-hal kecil dan biasa. Ada momen di episode 3 saat Shiromaru (alumni yang mengajari Ganta fotografi itu) yang bawa-bawa kamera, kucing, adonan, sama wajan ke kuil pas tengah malem. Sambil menunggu momen yang tepat, Shiromaru memasak pancake, mengoleskan butter dengan khusyuk. Sambil baca buku, Shiromaru lalu menikmati pancake buatannya sambil ditemani langit malem dan suara jangkrik. Scene yang biasa banget, tanpa konflik macam-macam tapi digarap dengan baik sampai jadi terasa spesial buat Shiromaru (dan juga penonton).
Sama seperti Ganta sama Isaki yang masih mencari jati diri mereka, yang masih suka memakai “topeng”. Tapi mereka pelan-pelan mulai menemukan diri mereka sendiri, dan menemukan orang yang bisa bikin mereka nyaman buat jadi diri sendiri. Sungguh sebuah penggambaran coming-of-age yang realistis.
Oiya. Lagu endingnya sangatlah menenangkan.
The bad
Insomniacs After School memang bagus tapi harus diakui kalau kesederhanaan yang jadi poin utamanya juga justru sekaligus menjadi kelemahannya.
Membawa kata insomnia di judulnya, nyatanya anime ini tidak menyentuh aspek insomnianya secara mendalam. Terasa jadi kosmetik saja gitu.
Pasalnya (menurut pengalaman beberapa teman), insomnia itu tidak sesederhana “tidak bisa tidur di malam hari” doang. Kita udah tahu bahayanya kurang tidur. Efeknya bahkan bisa bikin paranoid, halusinasi, sama masalah mental lainnya. Terus percaya atau tidak, malam hari itu durasinya lama banget . 6 jam kalau dihitung dari tepat jam 12 malam, sedangkan manusia normal mestinya sudah mulai tidur jam 10 malam. Dengan durasi selama itu, seharusnya ada banyak yang bisa dilakukan sama Ganta dan Isaki. Sayang banget potensi ceritanya jadi tidak termaksimalkan.
Hal yang sama juga terjadi untuk aspek fotografinya. Kayaknya si author juga tidak begitu paham (atau kurang riset) sama fotografi (astrografi dalam hal ini). Hasil foto malem-malemnya sih lumayan bikin adem sebenarnya, tapi kebanyakan tidak mengena di hati (kecuali pas adegan romantisnya sih). Padahal bisa saja scene-scene fotografinya lebih dieksplor lebih lagi. Sekalian aja dibuat lebih santai, toh malam kan durasinya lama.
Secara karakter pun sebenarnya plain. Chemistry Ganta-Isaki memang bagus banget kalau lagi bareng-bareng. Agak disayangkan kalau cerita tentang insomnia dan kebesaran alam tapi karakternya kurang memiliki layer-layer lain selain ngantukan pas siang itu.
Kesimpulan

Insomniacs After School adalah sebuah anime yang menawarkan pandangan yang intim dan mendalam tentang kehidupan dua remaja yang menghadapi insomnia. Dengan plot yang lembut dan chemistry antar karakter yang kuat, anime ini berhasil menyampaikan tema-tema yang relevan dengan cara yang puitis dan menyentuh. Bagi kamu-kamu penonton anime non-romance seperti saya, Insomniacs After School patut dicoba.
Note: Insomniacs After School juga sudah mendapat adaptasi live action dimana mba Nana Mori yang memerankan Magari Misaki. Sayangnya, filmnya belum dirilis di platform streaming resmi.

Leave a Reply