winner and loser sitting on bench

Best Loser Wins

Senin ini adalah hari libur. Memang ya, weekend yang ideal untuk manusia modern itu bainya 3 hari: 1 hari buat kerjaan rumah, 1 hari buat recharge battery badan dan 1 hari buat kehidupan sosial. But untuk saya, porsi buat kehidupan sosial kayak bisa di-skip saja.

Di hari Senin yang indah ini, saya menghabiskan libur dengan membaca buku Best Loser Wins karya Tom Hougaard. Sebagai seorang introvert mentok yang cepat kehabisan “baterai sosial”, saya seringkali lebih memilih aktivitas yang tenang.

Hari ini, sebenarnya beberapa teman mengajak saya keluar kota untuk menikmati suasana baru, menghirup udara baru dan lebih bersih dibanding Tangerang yang senantiasa berkabut. Tapi jauh di lubuk hati, saya tahu saya hanya akan jadi beban buat mereka. Akhirnya, saya menolak dengan halus ajakan mereka dan memilih untuk membaca buku ini. Pilihan yang tepat, karena buku ini benar-benar menarik sekaligus menghibur.

Trading is hard

Saya sangat relate dengan buku ini karena saya sudah dua bulan terakhir serius di dunia trading. Well, to be fair, dunia ini tidak asing buat saya dan saya pun sebelumnya juga trading, but I consider my success in the past as pure luck. Once saya mulai ganti haluan ke trading for living, bisa saya katakan, ini sangat-sangat sulit. Tom Hougaard menyebutkan bahwa trading punya “low barrier to entry”—yang kita butuhkan cuma internet, smartphone/laptop, dan sejumlah uang. Tapi kalau mau sukses, itu cerita lain.

Dalam trading, “musuh” saya adalah para profesional dengan gelar PhD, dan VC atau market makers dengan modal 1000x lipat dari saya. Ada statistik yang bilang 90% trader retail gagal. Bahkan ikut kursus trading nggak selalu membantu. Berdasarkan pengalaman saya, kursus-kursus itu ujung-ujungnya tetap menyuruh kita DYOR (do your own research) tanpa ada jaminan bakal sukses. Nggak ada pendidikan seperti ini, bahkan di dunia medis sekalipun.

Kemudian saya menemukan buku ini. Meskipun saya belum tentu sukses juga setelah beres membaca buku ini, tapi setidaknya saya menemukan sedikit motivasi untuk terus mencoba dan bertahan di dunia ini. Buku ini membantu saya memahami bahwa trading itu bukan tentang selalu menang, tapi lebih tentang bagaimana kita menghadapi naik turunnya pasar dengan mental yang kuat. Dengan pemahaman itu, saya merasa lebih mampu menghadapi hari-hari yang sulit di depan.

Berikut beberapa pelajaran penting yang saya dapatkan dari buku ini:

Musuh terbesar? bukan pasar, tapi diri sendiri!

Trading itu bukan cuma soal strategi teknis, tapi lebih kepada bagaimana kita mengelola emosi. Hougaard mengajarkan bahwa musuh terbesar trader adalah dirinya sendiri. Emosi seperti ketakutan, keserakahan, atau ketidaksabaran seringkali jadi jebakan yang bikin kita keluar dari rencana. Kalau udah panik, biasanya kita buru-buru ambil keputusan, dan itu sering kali berakhir buruk. Jadi, sebelum melototin grafik trading, mungkin ada baiknya melototin diri sendiri dulu. Biar lebih siap, kan?

Enjoy the pain—percaya nggak?

Seringkali, kalau udah rugi sedikit, rasanya sakit banget. Tapi Hougaard punya perspektif lain: bukannya menghindari rasa sakit, kita justru harus menerimanya. Sakit—baik itu kerugian finansial atau emosi—adalah bagian dari trading. Dan seperti atlet yang melatih otot mereka dengan push-up, kita harus melatih mental kita dengan menerima kerugian dan tetap tenang.

Berpikir dan bertindak berlawanan dengan intuisi

Kalau ada yang bilang tambah posisi di saat trade udah berjalan baik, rasanya mungkin bikin kita gemetar, ya. Banyak dari kita cenderung langsung mau keluar saat lihat profit. Tapi Hougaard bilang, “Tambah posisi!” Kenapa? Karena inilah kesempatan untuk maksimalin keuntungan, meskipun rasanya nggak nyaman. Trader sukses bisa nyaman di tempat yang nggak nyaman, itulah perbedaannya.

Disiplin itu segalanya

Disiplin mungkin kedengarannya membosankan, tapi ini kunci. Hougaard sangat menekankan pentingnya punya rencana yang jelas dan disiplin dalam menjalankannya. Ketika banyak trader mulai panik atau tergoda buat improvisasi di tengah jalan, dia menyarankan untuk tetap berpegang pada rencana awal. Itulah yang bakal membantu kita tetap konsisten dan nggak kebawa emosi.

Jadilah “pecundang” yang hebat

Kunci sukses di dunia trading bukan cuma soal menghindari kerugian, tapi lebih ke bagaimana kita mengelola kerugian itu. Hougaard mengajarkan kita untuk jadi “pecundang” yang baik—yaitu yang bisa menerima kerugian dengan tenang dan move on ke trade berikutnya tanpa drama. Kerugian adalah bagian dari permainan, dan dengan sikap ini, kita bisa terus belajar dan berkembang.

Ketekunan: superpower yang sering terabaikan

Banyak trader menyerah setelah mengalami beberapa kerugian, tapi Hougaard percaya ketekunan adalah faktor yang membedakan antara mereka yang sukses dan yang gagal. Ketika kita terus bertahan meskipun keadaan sulit, kita akan punya peluang lebih besar untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Ketekunan adalah kunci, dan ya, secangkir kopi juga nggak ada salahnya.

Melatih mental seperti atlet melatih tubuh

Hougaard melihat trading sebagai permainan mental. Sama seperti atlet yang melatih tubuh mereka, kita harus melatih pikiran kita agar tetap tenang dan fokus saat pasar sedang bergejolak. Latihan ini termasuk merefleksikan keputusan yang telah kita buat dan memahami emosi yang kita rasakan. Dengan cara ini, kita bisa mempersiapkan diri lebih baik untuk menghadapi trade berikutnya.

Kesimpulan

Meskipun buku Best Loser Wins nggak menjanjikan kesuksesan instan, ia memberi kita alat untuk bertahan dan terus maju di dunia trading yang penuh kegilaan ini. Sukses di trading bukan soal menang terus, tapi bagaimana kita bisa tetap tegar saat kalah, belajar dari kesalahan, dan disiplin dalam menjalani rencana. Jadi, ya, jangan takut untuk jadi “pecundang” yang hebat, karena justru di situlah letak kemenangannya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *