Akui saja, people hate taxes. Entah lapornya apalagi bayarnya. Padahal, di banyak negera di dunia, pajak adalah sumbar pendanaan terbesar bagi negara. Di Indonesia sendiri, porsinya adalah sekitar 82% dari pendapatan negara atau sebesar Rp2021 triliun di tahun 2023. Duit pajak itu nantinya akan digunakan untuk pembangunan dan makan siang gratis kesejahteraan rakyat.
Walaupun penting, merasa ga sih kalau pajak itu sulitnya minta ampun. I mean menghitungnya ya terutama pph. The hardest thing to understand in the world is the income tax. Ini Einstein yang bilang lho, one of the brightest mind on earth. Apalagi saya yang cuma remah-remah ini. Salah-salah kita bisa bayar kelebihan atau malah kena tindak pidana. That’s why Rafael Alun konsultan pajak itu tajir-tajir.
Tapi sesulit-sulitnya pajak ini, tetap bisa kok dijadikan produk hiburan. Contohnya adalah drama Zeicho yang baru saya tamatkan beberapa hari lalu.
Melayani dengan setulus hati
Dengan judul lengkap Zeicho: “Haraenai” ni wa Wake ga Aru, drama rilisan 2023 ini mengikuti sepak terjang Aiba-san (Fuma Kikuchi) dan Doumeki-chan (Anna Yamada) sebagai PNS kota Miyuki, tepatnya dari departement pajak divisi 3.
Di divisi 3, selain mereka berdua, ada juga Hamamura-san, Saginuma-san, dan Masuno-san. Mereka semua ini dikepalai oleh Masuno-san. Tugas dari divisi 3 adalah meningkatkan tax ratio/penerimaan pajak kota Miyuki. Tapi selama ini performa mereka selalu di bawah divisi 1 yang dikepalai oleh Hibino-san.
Omon-omon soal tax ratio, angka yang rendah mengindikasikan kalau pendapatan dari pajak tersebut tidak maksimal. Alasannya bisa macam-macam:
- Banyak wajib pajak di sektor informal
- Pendapatan per kapita yang rendah
- Compliance (kepatuhan) yang rendah, dll
Karena Kota Miyuki ini adalah kota di Jepang, kita bisa asumsikan kalau poin no 1 dan no 2 seharusnya bukan masalah. So, sepertinya masalah kota Miyuki adalah poin no 3, dan ini juga alasan kenapa performa Divisi 3 tidak sebaik Divisi 1.
Kepatuhan yang rendah ini seringkali berkaitan dengan awareness, understanding atau bahkan lack of trust kepada pemerintah. Di Zeicho, kita diajak untuk berasumsi kalau masalahnya ada di understanding dan awareness. Lack of trust juga ada disinggung, sih tapi tidak yang gimana-gimana banget. Lagian ini Jepang, lho. Tingkat korupsinya rendah (urutan 16 di Corruption Perception Index) jadi trust ini seharusnya tinggi cmiiw.
Okay kita balik lagi ke Divisi 3. Di episode pertama, kita diperkenalkan dengan Doumeki. Dia ini istilahnya freshgrad yang melamar jadi PNS di divisi pajak kota Miyuki. Karakternya mirip sidekick anime shounen: punya jiwa keadilan yang tinggi, pintar, kaku, agak temperamen tapi care dengan sekitarnya. Dia jadi pemungut pajak karena ingin menjadi seperti Hanyu-san, pemungut pajak yang dulu pernah menyemangatinya.
Lalu main character kita adalah Aiba-san. Dia ini pembawaannya ceria, cerdik dan pintar. Dia ini dulunya adalah pegawai yang kompeten di kementrian keuangan. Namun dia pindah dan turun jabatan jadi pemungut pajak kota kecil karena alasan pribadi. Aiba-san ini lah yang akan bekerja bersama dan mementori Doumeki-chan.
Berbeda dengan treatment Divisi 1 yang langsung menggeledah dan menyita barang-barang penunggak pajak, Divisi 3, terutama Aiba-san dan Doumeki-chan, mengambil pendekatan yang lebih humanis. Mereka memilih untuk tidak langsung menyita, namun memahami dan mengarahkan para wajib pajak yang menunggak itu agar lebih patuh.
Dari episode 1 sampai kira-kira episode 8, tidak jarang Aiba-san, Doumeki-chan, dan anggota Divisi 3 yang lain melakukan home visit berkali-kali untuk 1 wajib pajak saja. Ini karena mereka yakin kalau no one wants to menunggak pajak. Mereka hanya tidak tahu dan tidak mampu. Divisi 3 ingin memahami alasan-alasan para wajib pajak sehingga bisa memberikan saran, rekomendasi dan konsultasi yang tepat sasaran. Ini jelas tidak efisien dan secara angka bisa dianggap pemborosan anggaran. Tapi saya pikir beginilah seharusnya departemen pajak bekerja. Mengayomi, bukan sekadar mengambil shortcut seperti memungut dan menyita aja.
Terus episode 9 dan 10 gimana?
Walaupun Zeicho terkesan memiliki format episodik, tetap ada benang merah yang menyatukan setiap episode. Benang merah itu adalah Sagara Group yang dipimpin oleh Sagara Koshiro (kita panggil dia Koshiro-san aja ya). Sagara Group ini diceritakan adalah perusahaan besar yang berpengaruh tidak hanya di kota Miyuki tapi juga di Jepang.
Saking berpengaruhnya, Koshiro-san dan Sagara group bisa memaksa walikota dan departemen pajak kota untuk membuat daftar penghapusan pajak. Tujuannya jelas supaya setiap wajib pajak di daftar itu auto lunas tunggakannya tanpa perlu membayar.
Siapa aja yang ada di daftar itu? Koshiro-san dan antek-anteknya.
Yang diminta untuk “ngejagain” daftar laknat itu adalah Suginuma-san, rekan kerja di Divisi 3, dan Hanyu-san, yang notabene dia lah role model bagi Doumeki-chan kecil. Koshiro-san bahkan menjadikan anaknya, Sagara Yoshimi (kita panggil dia Yoshimi-san ya), sebagai wakil walikota Miyuki supaya daftar itu tetap aman. Nepotisme.
Keruwetannya berhenti sampai disini? Big no. Imagine kalau wajib pajak yang menunggak besar tapi dianggap sudah membayar. APBD kota Miyuki sudah pasti defisit, kan. Tapi selama ini ternyata kota Miyuki fine-fine aja. Kok bisa?
Itu karena adanya “bantuan” dari Okubayashi-san, rekan kerja Aiba-san dan Yoshimi-san saat di kementrian keuangan dulu (yes Aiba, Yoshimi dan Okubayashi itu dulu sobat karib). Okubayashi-san dengan “cerdik” bisa membuat Kota Miyuki mendapatkan porsi bantuan daerah lebih besar dari seharusnya. Ini lah yang menjadikan ekonomi kota Miyuki tidak kolaps bahkan jika ada wajib pajak yang menunggak.
Paksaan dari Koshiro-san membuat Okubayashi-san mencoba bunuh diri. Dia selamat, tapi mesti dirawat intensif untuk waktu yang lama. And di sini lah plot armor-nya. Aiba-san dan Yoshimi-san ternyata datang ke kota Miyuki untuk mengungkap penyelewengan Koshiro-san dan Sagara Group!
Final Thought
Well, secara cerita sebenarnya Zeicho tidak bagus-bagus amat, tapi juga tidak buruk. Vibes-nya santai dan banyak jokes-jokes khas Jepang (yang kalau untuk penggemar k-drama jatohnya cringe). Walaupun ada term-term yang kedengerannya teknis, tapi tidak perlu dipikir-pikir amat.
Kalau boleh jujur, saya menyempatkan waktu menonton ini karena ada Anna Yamada berperan di sana haha.
Ini menarik karena sepanjang saya mengikuti sepak terjangnya, mba Yamada ini biasanya jadi gadis SMA galau batinnya. Perannya pun cenderung monoton dan gitu-gitu aja (kecuali di Misumisou/Liverleaf) Makanya begitu tahu dia jadi berperan jadi PNS, I will give it a try.
Leave a Reply