anonymous man with book in hand

Menjadi menarik

Sebagai orang yang punya nama blog yang ada kata-kata boring-nya, menjadi menarik itu sulit. I like doing routine. Nongkrong di kafe yang sama, pesan kopi yang sama, dan rewatch film yang sama berulang kali sampai hafal setiap sequence-nya. Walaupun setiap hari rasanya copy-paste dari hari sebelumnya, buat saya ini bukan masalah.

Lama-lama, saya ngerasa harus ada yang diubah. Saya butuh sesuatu yang bisa bikin hidup lebih seru dan berwarna. Nah, pas lagi scroll-scroll Instagram, saya menemukan sebuah akun yang biasanya mengkritik pemerintah malah mempromosikan buku “How to Be Interesting”. Karena timing yang pas, sudah tentu saya langsung tertarik.

Saya pun langsung menuju ke halaman ecommerce-nya. Melakukan beberapa klik dan chekout. Katanya sih, buku ini punya tips-tips praktikal untuk membuat orang menjadi lebih menarik.

Sekarang bukunya sudah selesai saya baca. Butuh waktu kurang lebih 2 bulan saya membaca buku ini sampai selesai padahal jumlah halamannya sedikit. Maklum jadwal saya padat wkkkw. Canda-canda.

Jadi gimana kesan-kesannya membaca buku ini? Mari kita bedah bareng-bareng.

Ringkasan Buku

Sumber: Instagram Lathifa | Bookstagram

Secara singkat, “How to Be Interesting” adalah buku yang memuat berbagai tips dan trik untuk membuat pemabacanya niscaya menjadi pribadi yang lebih menarik.

Menarik disini bukan soal visual dan rupa ya. Tapi lebih kepada kepribadian dan sikap orang tersebut.

Buku ini terdiri dari beberapa bab yang masing-masing membahas aspek berbeda tentang ciri-ciri orang yang membosankan sampai kiat-kiat praktikal tentang bagaimana menjadi pribadi yang menarik.

Beberapa poin penting yang dibahas antara lain:

  • Menemukan dan mengeksplorasi minat baru
  • Keluar dari zona nyaman
  • Membuat hubungan yang bermakna dengan orang lain
  • Mengambil tindakan nyata untuk mengubah hidup
  • Sisanya lebih baik kamu baca sendiri aja hehe

Review Buku

Kelebihan utama dari buku ini adalah penyampaiannya yang ringan dan ilustratif. Saya sebagai pembaca jadi mudah memahami setiap kata-kata yang ditulis. Selain itu, tips yang diberikan sangat praktis dan dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, buku ini juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah banyaknya penggunaan kata “jangan”. Bukannya tidak boleh, namun penggunaannya yang kebanyakan seolah judgemental dan preachy. Selain itu, beberapa tips yang ditulis alangkah lebih baik sambil diberikan bukti empirisnya secara saintifik, instead of, again, throwing off kata “jangan” dengan ugal-ugalan. Harapannya, informasi itu dapat menjadi nilai tambah bagi pembaca.

Walaupun begitu, secara overall, saya menikmati setiap halaman dari buku ini. Pengalaman membacanya terasa menyenangkan dan vibes-nya positif.. Banyak ide yang bisa saya dapatkan dan beberapa sudah mulai saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Wish me luck!

Refleksi Pribadi

Setelah membaca “How to Be Interesting,” saya merasa lebih termotivasi untuk keluar dari rutinitas dan mencoba hal-hal baru. Salah satu perubahan besar yang saya lakukan adalah mulai menjadwalkan waktu untuk eksplorasi minat baru, seperti berolahraga.

Saya adalah pemalas. Bahkan untuk mandi pun saya malas. Saat ada trip kantor ke Malang, saya memilih untuk rebahan di hotel dibanding ikut teman-teman ke Bromo. Padahal gratis tanpa bayar sedikit pun. Lewat buku ini, saya jadi sedikit memahami betapa membosankannya diri saya sendiri. Oleh karena itu, saya ingin memulai langkah awal membuat diri saya lebih menarik dengan mengeksplor minat-minat saya yang lain, termasuk berolahraga tadi (walaupun sekarang masih on and off hehe).

Selain itu, saya mulai lebih berani dalam mengambil risiko, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi. Misalnya, saya mulai memberanikan diri untuk membuat konten di social media. Tujuannya bukan untuk menjadi influencer seperti Atta Halilintar. Tidak, itu masih kejauhan. Tujuannya semata-mata sebagai media mengekspresikan diri. Saya merasa usaha saya untuk berekspresi perlu didokumentasikan, supaya tidak bertahan setengah jalan aja.

Satu lagi aplikasi praktis dari buku ini adalah memperkuat hubungan dengan orang lain. Menjadi menarik erat kaitannya dengan relasi, entah itu relasi romantis atau tidak. Saya belajar untuk lebih mendengarkan, bukan hanya sekadar lewat, tapi benar-benar mendengarkan dan memahami perspektif orang lain. Dengan begitu, hopefully saya bisa dapat pacar baru membuat hubungan dengan teman dan keluarga menjadi lebih erat dan bermakna.

Kesimpulan

“How to Be Interesting” adalah buku yang ringan namun penuh inspirasi. Okki Sutanto, Rebeka Pinaima dan Kharis Karsa berhasil menyusun panduan praktis untuk menjadikan hidup lebih dinamis dan menarik. Walaupun saya bukan pembaca buku-buku mereka sebelumnya, namun saya menyukai karya mereka yang ini. Saya pun tidak ragu untuk merekomendasikan buku ini untuk siapa saja, terutama generasi Z dan milenial yang ingin menambahkan “warna” dan makna dalam kehidupan mereka.

Category:

Date:

Up next:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *