Setiap hal punya dua sisi mata uang, termasuk itu hari libur. Ini lah uniknya manusia. Bhkan, untuk hal yang menyenangkan sekalipun, masih ada yang ga suka.
Memang sih konon katanya dua tahun terakhir itu kita banyak punya hari libur bersama. Ini, kalau kata influencer-influencer bisnis/finansial, bikin Apple cuma berinvestasi Rp1.5 triliun di Indonesia, sementara ke Vietnam tembus ratusan triliun.
Tapi biarlah ya. Biarkan nanti bagaiman nanti pemerintahan yang selanjutnya mengatur hari libur nasional. Tugas kita adalah mengisi hari libur itu dengan kegiatan yang menyenangkan.
Pilihan saya: menonton Sydney Sweeney.
No no no. Saya bukan menonton Anyone But You yang terlalu mengada-ada itu. Saya menonton Immaculate.
Jujur saja, saya cukup kaget melihat seorang Sydney Sweeney didapuk jadi pemeran utama di sebuah film horror. Biasanya kan dia main di film-film yang “begitu” ya, so wajar kayaknya kalau ekspektasi saya cukup rendah sejak dari menit awal filmnya.
Eh tapi ternyata engga lho. “Permainan” emosinya bagus. Dia berhasil menggambarkan beragam emosi dengan sangat kuat, membuat saya dan penonton lain terhubung secara emosional dengan perjalanan karakternya.
Bahkan di ending, kamera itu close up ke mukanya (kayaknya selama satu menitan gitu) dan emosi-emosi kompleks seperti fear, rage, sorrow, dan pain itu keliatan banget. Hats off to her!
Tapi ceritanya sendiri memangnya tentang apa sih?
Immaculate mengikuti kisah biarawati muda bernama Cecilia (Sydney Sweeney) yang pindah dari Amerika ke pinggiran Italia.
Dan seperti layaknya di film horror bersetting jadul, penampakan gerejanya itu seram. Pun begitu dengan biarawati yang tinggal di situ. Entah kenapa pada ketus-ketus. Mungkin karena si Cecilia ini bukan akamsi jadi sikap orang-orang di gereja pada kayak gitu.
Satu-satunya biarawati yang ramah sama Cecilia adalah suster Gwen yang agak-agak berandalan. Berkat Gwen, hari-hari Cecilia di sana nanti akan jadi lebih menyenangkan.
Sebelum sah menjadi biarawati di gereja itu, Cecilia sebelumnya harus melalui semacam ritual keagamaan gitu bareng Pendeta Tedeschi. Setelah acara, Cecilia terganggu sama suara-suara aneh dari luar kamarnya.
Selayaknya pemeran utama di film horror, Cecilia pergi mencari sumber suara sampai ke sebuah chamber misterius. Di sana tersebut, Cecilia melihat adalah sebuah semacam artefak kuno yang ditaro di altar chamber. Belum sempat dia mengamati lebih dekat, dia dikagetkan oleh Suster Kepala. Suster Kepala bilang, artefak itu adalah paku yang pernah dipakai untuk menyalib Yesus dan sebagai pengikut-Nya, Cecilia juga harus dipaku 😨
Mendengar hal ini, Cecilia tumbang.
Bangun-bangun, Cecilia sudah berada di atas meja operasi bersama banyak suster tanpa wajah yang siap menyiksanya.
Scene berlanjut ke hari berikutnya. Kejadian mengerikan semalam dianggap sebagai mimpi buruk aja sama Cecilia. Tapi beberapa bulan berikutnya, Cecilia mulai sering sakit dan mual-mual.
Menurut dokter spesialis gereja, Cecilia ternyata hamil. Mengetahui hal ini, Cecilia jelas langsung diinterogasi sama suster kepala dan pendeta. Cecilia terus saja mengaku masih perawan dan tidak tahu menahu sama bayi yang dikandungnya.
Oleh karena itu, suster kepala dan pendeta “sepakat” kalau Cecilia adalah wanita suci dan bayi yang dikandungnya adalah seorang juru selamat. They are expecting the Second Coming!
Sejak itu, Cecilia dianggap seperti Bunda Maria di gereja itu. Dia jadi sangat dihormati, tapi itu membuatnya sulit didekati. Bahkan Gwen sekarang segan kalau mau mengobrol sama Cecilia.
Di gereja, Cecilia mendapat perlakuan istimewa dari suster kepala dan pendeta. Tapi lambat laun, ini membuat suster-suster lain iri. Di satu waktu bahkan Isabelle, salah satu suster yang pertama “menyambut” Cecilia di gereja, berusaha membunuh Cecilia sambil mengatakan hal yang aneh: “It was supposed to be me!.” Lah
Kata-kata Isabelle ini bikin Cecilia penasaran. Tapi Cecilia tidak bisa ngapa-ngapain karena kondisinya makin lemah. Gwen minta ke suster kepala dan pendeta supaya Cecilia dibawa ke rumah sakit. Tapi keduanya menolak.
Tidak lama kemudian, Gwen disiksa dan lidahnya dipotong. Damn.
Karena udah makin aneh, Cecilia akhirnya bersiasat. Dia pura-pura mengalami pendarahan supaya dibawa ke rumah sakit di luar gereja. Dia potong tuh ayam dan dia pakai darahnya seolah-olah pendarahan. Sayangnya, usahanya gagal.
Supaya tidak kabur lagi, Cecilia dijaga lebih ketat sama pendeta Tedeschi sambil mengungkapkan rencananya.
Ternyata, pendeta Tedeschi diam-diam melakukan eksperimen manusia untuk melahirkan kembali Sang Juru Selamat! Setiap suster baru akan “dibuahi” dari DNA yang diekstrak dari artefak kuno yang ada di gereja.
Dari sekian banyak eksprimen, yang berhasil “cuma” bayi yang ada di perut Cecilia!
Ini jelas bikin Cecilia shock. Second coming yang seharusnya suci malah ternyata dipaksakan dan man-made. Cecilia mencoba kabur lagi untuk terakhir kali.
Scene kejar-kejarannya sangat intense. Saya jadi kasian sama bayi yang masih di dalam kandungannya Cecilia.
Pengalaman ini akan lebih baik kalau dinimkati sendiri pengalamannya secara visual di bioskop dibanding saya gambarkan secara tulisan di sini. Sana gih ke bioskop.
Secara keseluruhan, “Immaculate” adalah sebuah pencapaian yang mengesankan dalam genre horor. Dari akting yang memukau hingga atmosfer yang menakutkan, film ini menawarkan pengalaman yang memikat bagi para penggemar horor.
Bagi yang mencari kombinasi yang sempurna antara ketegangan dan kisah yang kuat, “Immaculate” layak untuk ditonton.
Leave a Reply