Selamat datang di Gotham

Bawa aku pergi dari sini—kalimat ini dulu sering muncul di iklan Meikarta, sebuah project ambisius yang menawarkan janji kota mandiri baru yang lebih liveable dan modern.

Meikarta dulu dimaksudkan sebagai tempat dimana orang-orang bisa mulai hidup baru yang lebih baik. Sayangnya, kota ini progressnya mandeg dan sekarang (kayaknya) jadi terbengkalai. Banyak yang berharap Meikarta bisa jadi pelarian dari keruwetan hidup di kota besar, tapi sepertinya mereka lebih beruntung dibanding warga Gotham, yang terjebak dalam mimpi buruk hampir setiap hari.

Gotham ini udah benar-benar rusak, tapi unik. Rusak, karena setiap sudutnya dipenuhi kejahatan, korupsi dan kemiskinan dimana-mana. Kalau Meikarta sukses, warga Gotham mungkin sekarang sudah berbondong-bondong kabur kesana. Unik, karena baik di The Batman (2022) maupun serial terbaru HBO The Penguin, Gotham selalu berperan lebih dari sekadar latar.

Kota ini adalah karakter itu sendiri. Jadi, kenapa orang-orang tetap tinggal di sini? Sebagai penggemar superhero DC yang baru-baru ini menonton serial The Penguin, saya jadi tertarik untuk membedahnya.

Gotham di The Batman (2022): Gelap, Suram, dan Selalu Hujan

Serial HBO The Penguin dimulai tidak lama setelah ending The Batman (2022). Karena setting waktunya tidak terlalu jauh, mari kita refresh sedikit ingatan kita.

Di film The Batman, Bruce Wayne masih pemuda emo dan strunggling with his quarter life crisis. Di masa itu, Gotham ditampilkan lebih kelam dari sebelumnya. Bayangkan kota yang selalu berada di jam 2 pagi saat hujan deras, dengan lampu neon yang redup di kejauhan. Di sini, korupsi dan kriminalitas adalah hal yang biasa. Kota ini ibarat versi distopia dari New York, tapi lebih muram dan lebih lembab (berkat hujan abadi).

Keluarga kriminal seperti Falcone merajai jalanan, sementara Batman berkelana berburu kriminal di jalan. Polisi? Yah, mirip seperti di Konoha, polisi baik (dan kompeten) kayak James Gordon itu oknum. Sisanya bisa dibilang hanya sekadar pajangan di Gotham.

Spoiler dan Sinopsis Episode Perdana The Penguin

Nah, sekarang kita masuk ke The Penguin. Kalau kamu belum nonton episode perdana The Penguin di HBO, mari saya bocorkan sedikit jalan cerita dan sinopsisnya.

Pilot episode ini dimulai tak lama setelah kematian Carmine Falcone. Anaknya, Alberto, mencoba mengambil alih, tapi dia ini tipikal anak muda privilege yang lembek. Sejujurnya, Alberto ini ga punya karisma sebagai bos mafia. Oswald Cobblepot, alias Oz/Penguin, melihat ini sebagai kesempatan emas untuk naik pangkat. Setelah obrolan yang sedikit panas (dan banyak sindiran), Oz memutuskan untuk mengakhiri hidup Alberto. Bukan solusi yang baik, tapi jelas efektif.

Oz kemudian merekrut seorang remaja bernama Victor yang tertangkap sedang mencoba mencuri dari mobilnya. Bersama-sama, mereka berusaha menyingkirkan mayat Alberto. Tapi cerita semakin rumit ketika saudara perempuan Alberto, Sofia Falcone, ternyata sudah pulang dari rehabilitasi di Arkham. Sofia mulai curiga ada yang tidak beres karena saudaranya itu tidak berkabar. Di penghujung episode, Oz mulai merancang rencana untuk mengisi vacuum of power di Gotham dengan membenturkan keluarga kriminal Falcone dan Maroni.

Singkat kata: Gotham semakin berantakan.

But ini memunculkan pertanyaan di benak saya: kenapa Oz nggak kabur saja dari Gotham yang rusak? Tembok laut hancur, kota setengah tenggelam, dan lebih mirip arena gladiator daripada tempat tinggal. Ini jelas tidak masuk ke logika saya. Tapi bagi Oz, jawabannya (kayaknya) sederhana: kekuasaan.

Oz tidak hanya mengejar uang; dia mau dihormati, ditakuti, menjadi penguasa dan Gotham menawarkan semua itu.

Kota ini, meski sudah dalam kondisi menyedihkan, masih punya daya tarik tersendiri. Dengan kematian Falcone, ada kekosongan kekuasaan yang terlalu menggiurkan untuk dilewatkan. Selain itu, pindah ke kota lain berarti harus memulai dari awal lagi. Dan itu (mungkin) lebih sulit buat Oz mengingat keterbatasan fisiknya.

Gotham adalah tempat di mana dia bisa membangun kekuasaan dan merajai dunia kriminal sesuai dengan ambisinya.

Tentang Gotham

Dari apa yang saya baca di Internet, Gotham terinspirasi dari berbagai kota besar di dunia nyata. Yang paling jelas adalah New York City. Faktanya, nama “Gotham” adalah julukan lama untuk New York. Gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, korupsi, politikus culas, dan kejahatan di jalanan mencerminkan sisi gelap New York, terutama di era abad ke-20.

Source: vocal.media

Namun, Gotham juga memiliki nuansa Chicago. Kota ini terkenal dengan sejarah kejahatan terorganisir, terutama di era Prohibition, ketika gangster seperti Al Capone merajalela (that’s why mafia Gotham, Falcone dan Maroni, didepiksikan seperti tipikal mafia Italia). Ditambah lagi, arsitektur dan korupsi politik Chicago juga tercermin dalam desain Gotham.

Kota-kota lain seperti Detroit dan Philadelphia juga memberi kontribusi dalam membentuk citra Gotham. Kedua kota ini memiliki sejarah ekonomi yang suram dan tingkat kejahatan yang tinggi, mencerminkan sisi kelam Gotham.

Kriminalitas di Gotham: serem, tapi udah biasa

Kota Gotham memang kota fiktif, tapi kalau Gotham beneran ada, pasti bakal sering jadi berita utama di berita-berita.

Source: Screenrant

Dalam dunia DC, Gotham digambarkan sebagai kota dengan tingkat kriminalitas paling tinggi di dunia. Di setiap medium, mulai dari komik sampai film, di Gotham selalu terjadi aksi kejahatan yang bikin resah hidup warganya. Ini baru penjahat kelas teri, belum penjahat kelas kakap kayak Joker dan Two-Face yang somehow bisa sering kabur dari Arkham Asylum.

Gotham juga penuh dengan korupsi, terutama di kepolisian. Komisioner Gordon mungkin satu-satunya polisi yang bisa dipercaya dan kapabel (Batman approve that) di Gotham. Selebihnya, ya jadi double agent dan bekerja buat mafia atau kriminal besar seperti keluarga Falcone dan Maroni.

Kesenjangan Kekayaan di Gotham: Wayne Enterprises di Mana-Mana!

Selain kriminalitas, Gotham juga terkenal dengan kesenjangan kekayaannya yang kelewat jauh. Di satu sisi, ada keluarga Wayne dengan Wayne Enterprise-nya menguasai hampir seluruh sendi-sendi ekonomi kota. Di sisi lain, banyak warga Gotham biasa yang tinggal di daerah kumuh, hidup susah, dan kadang-kadang nggak punya pilihan selain terlibat dalam kejahatan.

Source: Screenrant

Wayne Enterprise memang digambarkan sebagai perusahaan yang baik, terutama di bawah kepemimpinan Bruce Wayne yang sering mendonasikan kekayaan untuk program sosial.

Meskipun Bruce berusaha memperbaiki Gotham, perusahaan yang sebesar Wayne Enterprises pasti terlibat, to some extent, dalam “membentuk” struktur sosial yang nggak adil. Bahkan, dalam beberapa cerita, ada dugaan bahwa keluarga Wayne dan perusahaan besar lainnya pernah terlibat dalam membangun fondasi korupsi di Gotham sejak lama.

Jadi, meskipun Bruce Wayne sendiri nggak korup, Wayne Enterprises tetap bagian dari sistem yang memungkinkan kesenjangan ekonomi di Gotham makin parah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kenapa Warga “Normal” Tetap Tinggal di Gotham?

Kita semua tahu kalau Gotham itu seburuk-buruknya kota. But kenapa warga biasa tetap bertahan di sana? Bukankah mereka seharusnya kabur dan pindah ke kota yang lebih aman? Setelah saya meriset kesana-kemari (terutama dari sini) jawabannya ternyata lebih rumit.

Sela
Source: Screenrant

Pertama, banyak dari mereka yang terjebak secara ekonomi. Tinggal di Gotham mungkin berbahaya, tapi pindah ke Metropolis? Ini jelas pilihan yang mahal. Biaya pindah, mencari pekerjaan baru, dan memulai hidup baru terlalu berat bagi sebagian besar warga Gotham.

Kedua, Gotham adalah rumah mereka. Ada ikatan emosional yang kuat dengan tempat ini. Meskipun penuh bahaya, di sinilah keluarga mereka tinggal, teman-teman mereka ada, dan sejarah hidup mereka tertulis. Bagi sebagian warga, meninggalkan Gotham berarti meninggalkan segalanya.

Ketiga, sebagian dari mereka masih punya harapan. Dengan keberadaan Batman (dan mungkin vigilante lain), beberapa warga percaya bahwa Gotham bisa berubah jadi lebih baik. Spoiler: kemungkinannya kecil, tapi namanya juga harapan.

Dan yang terakhir, mereka sudah terbiasa dengan kekacauan. Kalau kamu hidup di Gotham, niscaya kamu tidak akan dilanda “kebosanan”. Setelah bertahun-tahun hidup di kota ini, bahaya dan kriminalitas menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Mereka sudah tahu mana gang yang harus dihindari dan bagaimana cara bertahan hidup.

Penutup

Gotham mungkin bukan tempat yang ideal untuk liburan, tapi sebagai latar cerita (superhero), kota ini tak tertandingi. Dari ambisi gila Oz hingga warga yang gigih bertahan di tengah kekacauan, Gotham selalu punya cerita yang menarik. Jadi, kalau kamu tinggal di Gotham, kamu akan bertahan atau kabur ke Metropolis?

Mending pindah ke IKN ya, kan🗿

One response to “Selamat datang di Gotham”

  1. […] dan nyaman bagi penduduknya. Korupsi dan kriminalitas sudah menjadi bagian dari kehidupan di sana. Penduduk kota sudah terbiasa dengan kondisi kota yang bar-bar namun dibalut dengan keteraturan semu. Ini berubah saat mereka melihat […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *